Jerman – Rombongan Edutrip Indonesian Islamic Travel Communication Forum (IITCF) dari Adinda Azzahra Tour and Travel, MQ Travel, Sari Ramada Travel, Patihindo, Anugerah Wisata, Cakra Tour, ADzikra Tour, Agindo Travel dan Delta Wisata mengunjungi salah satu tempat pembuatan jam kukuk yang dilakukan oleh keluarga Drubba. Kukuk… Kukuk… Kukuk…. Begitu suara yang berasal dari jam kukuk seolah memanggil peserta Edutrip IITCF.
Saat kami berkunjung ke lokasi workshop pengrajin jam kukuk keluarga Drubba, ternyata yang melakukan demo pembuatan jam kayu itu adalah seorang perempuan asal Indonesia. Kota Bandung aslinya. Ia menjelaskan proses pembuatan jam kukuk dengan bahasa Indonesia. Fasih, ramah dan bersahabat.
Menurut cerita, jam kukuk pertama kali dibuat sekitar tahun 1730 oleh Franz Anton Ketterer. Dia adalah seorang pembuat jam yang tinggal di desa Schonwald, dekat kota Triberg. Terinspirasi oleh suara orgel di gereja desa, Ketterer menggunakan pipa orgel untuk meniru suara burung kukuk yang di pasang di jam.
Jam kukuk yang pertama dibuatnya berbentuk kotak. Lalu di bagian atasnya ada ruangan berbentuk setengah lingkaran, tempat burung kukuk. Ketika jarum panjang tepat berada di angka 12, sebuah pintu kecil di ruang berbentuk setengah lingkaran itu terbuka. Burung kukuk keluar dan berbunyi untuk memberitahukan waktu saat itu.
Penemuan Ketteter ini disukai banyak orang. Banyak pembuat jam lainnya di kawasan Schwarzwald menirunya. Mereka bahkan mengembangkan bentuknya menjadi lebih bagus dan lebih mewah. Sejak pertengahan abad ke-19, jam bentuk jam kukuk jadi seperti sekarang.
Sampai sekarang, jam kukuk masih dibuat di Schwarzwald. Di sana ada beberapa desa pembuat jam kukuk. Ada museum jam kukuk. Ada toko-toko jam kukuk. Ada juga jam kukuk terbesar di dunia. Tempat itu menjadi tempat tujuan wisata. Jam kukuk menjadi salah satu oleh-oleh dari Jerman.
Setelah mendapatkan penjelasan tentang jam kukuk, kami pun kembali ke toko Drubba House, yang di dalamnya terpampang jam kukuk dengan berbagai varian. Tak hanya jam kukuk, Drubba House juga menawarkan jam-jam berkelas di etalase kaca tokonya.
Di toko ini, berkumpul para wisatawan dari berbagai negara, selain mereka belanja jam, tas, pakaian, dan aksesoris lainnya. Bahkan koper merk Rimowa pun menjadi salah satu koper yang menjadi buruan para traveler.
Akhirnya waktu sudah beranjak siang, Restoran Zur Mühle pun siap menampung kami untuk menikmati sajian makan siang. Setelah itu, kami bersiap melanjutkan perjalanan berikutnya. Wah, Seru ya..